Get me outta here!

Kamis, 10 November 2016

HIV TRI-DOT

Tes HIV TRI-DOT merupakan rapid tes immunoassay yang cepat, sensitive dan akurat untuk mendeteksi  antibodi (IgG) HIV-1 dan HIV-2 dalam serum atau plasma manusia menggunakan antigen HIV-1 dan HIV-2 yang bergerak pada immunofiltration membrane. Tes HIV TRI-DOT adalah tes skrining untuk Anti HIV-1 dan HIV-2 dan hanya digunakan untuk diagnostik in vitro saja.

Kelebihan Tes HIV TRI-DOT
  • Uji visual yang cepat, berdasarkan Flow Through Technology.
  • deteksi diferensial HIV-1 dan HIV-2.
  • Mendeteksi  group ‘O’ & subtype ‘C’.
  • Menggunakan  envelop antigens gp41& C terminus of gp120 untuk  HIV-1 & gp36 untuk HIV-2.
  • Sensitivitas 100% spesifisitas 100% sesuai Evaluasi WHO.
  • Bisa bertahan selama 15 bulan jika disimpan pada suhu 2-8° C
  • Hasil dalam 3 menit


Prinsip Kerja
Antigen HIV bergerak pada membran immunofiltrasi berpori. Sampel dan reagen melewati membran dan diserap ke dalam penyerap. sampel pasien melewati membran, antibodi HIV, jika ada, mengikat antigen bergerak. Konjugasi mengikat bagian Fc dari antibodi HIV untuk memberikan warna yang berbeda DOT (titik) ungu merah muda dengan latar belakang putih.



Cara Kerja HIV TRI-DOT (VIDEO)



Evaluasi
WHO EVALUATION:Evaluation report from UNAIDS (WHO), CH-1211Geneva,Switzerland Aug 1999 the Sensitivity and Specificity of HIV TRI-DOT is 100 % .The panel used for evaluation of HIV TRI-DOT by Institute of Tropical Medicine, WHO Collaborating Centre in AIDS, Belgium also included HIV-O virus, which was found reactive with HIV TRI-DOT.

NIMHANS BANGALORE:Evaluation report from National HIV Reference Laboratories of Government of India , claiming Sensitivity and Specificity of HIV TRI-DOT to be 100 %.

CMC VELLORE:Evaluated by Department of Clinical Virology, Christian Medical College & Hospital, Vellore and published in JCM, vol. 38, Issue 2000,claiming 99.5% sensitivity and 99.9% specificity.

NARI PUNE:Evaluation Report from National AIDS Research Institute(NARI-Pune) claiming sensitivity & Specificity to be 100 %.

Approved by Drug Controller General of India( DCGI) for the usage in Blood Banks.




Sumber: http://www.jmitra.co.in/ourdivision/diagnosticdivision/rapidtestkits/hivrange/hiv_tri_dot.aspx

Selasa, 08 November 2016

Robot Phlebotomist

Dalam kegiatan pengumpulan sampel darah dikenal istilah phlebotomi yang berarti proses mengeluarkan darah. Ada 3 macam cara untuk memperoleh darah yaitu skinpuncture, venipuncture, dan arteri. Venipuncture adalah cara yang paling umum dilakukan, oleh karena itu istilah phlebotomis sering dikaitkan dengan pengambilan darah vena (venipuncture). Pada pengambilan darah vena, umumnya diambil dari vena mediana cubiti yang terletak pada sisi lipatan siku. Vena ini terletak di permukaan kulit, cukup besar, dan tidak dekat dengan syaraf. Apabila tidak memungkinkan, vena cephalica dan vena basilica bisa menjadi pilihan dalam pengambilan darah vena. Venipuncture pada vena basilica harus dilakukan dengan hati-hati karena letaknya berdekatan dengan arteri branchialis dan syaraf mediana. Jika vena basilica dan cephalica tidak dapat digunakan, maka dapat dilakukan pengambilan darah di vena pergelangan tangan dan vena kaki. Ada dua cara dalam pengambilan darah vena, yaitu cara manual dan cara vakum. Cara manual dilakukan dengan menggunakan alat suntik (syringe), sedangkan cara vakum dengan menggunakan tabung vakum (vacutainer).

Biasanya ahli Phlebotomist merupakan seseorang yang memiliki keahlian dalam melakukan pengambilan spesimen darah pada manusia. Menjadi seorang Phlebotomist harus memiliki pengetahuan dan pelatihan yang tidak singkat bahkan bisa bertahun-tahun. Nah bayangkan sebuah mesin pintar diciptakan untuk menggantikan fungsi manusia. Pasti muncul kekhawatiran bagaimana bila robot tersebut mengalami kerusakan, salah atau membuat tangan kita terluka. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih telah ditemukan robot pertama yang memiliki fungsi Phlebotomist. Robot ini memiliki sensor canggih yang bisa membaca pembuluh darah.

Pertama tangan masuk dan menggenggam erat sebuah peganggan sehingga pembuluh darahnya menonjol. Robot tersebut melakukan scanning dan terlihat tonjolan urat pada tangan. Otak komputer pada robot akan membaca daerah mana yang akan ditusuk jarum untuk diambil darahnya. Robot ini memang baru prototype dan masih dalam tahap pengembangan dengan biaya berbanderol mahal. Nantinya akan tercipta sebuah robot yang benar-benar canggih bisa melakukan tugasnya dengan optimal dan tanpa kesalahan.

Berikut videonya:







Daftar Pustaka:
http://manado.tribunnews.com/2015/06/28/robot-phlebotomist-anda-berani-diambil-sampel-darahnya-oleh-mesin-ini
http://analis-kesehatan-yogyakarta.blogspot.co.id/2013/12/mekanisme-phlebotomy.html

Senin, 07 November 2016

Media Blood Agar Plate (BAP)

Media Blood Agar merupakan media pertumbuhan bakteri yang dapat membedakan bakteri pathogen berdasarkan efek exotoksin hemolitik bakteri pada sel darah merah. Media Blood Agar bukan merupakan media selektif murni. Suatu media dikatakan media selektif apabila hanya ditumbuhi beberapa jenis mikroba sementara menghambat pertumbuhan mikroba jenis lain. Media Blood Agar adalah media yang diperkaya dengan nutrisi tambahan yang kaya untuk mikroba. Oleh karena itu, media Blood Agar merupakan media pertumbuhan diperkaya dan selektif diferensial, karena mendukung pertumbuhan berbagai organisme serta dapat memberi ciri yang khas untuk bakteri golongan tertentu.
Media Blood Agar Plate
Media BAP
Blood Agar Plate (BAP) merupakan media padat dan media diferensial. Media diferensial adalah media yang ditambah zat kimia tertentu sehingga suatu mikroorganisme membentuk pertumbuhan untuk mengklasifikasikan suatu kelompok jenis bakteri. Blood Agar Plate (BAP) membedakan bakteri hemolitik dan nonhemolitik yaitu berdasarkan kemampuan mereka untuk melisiskan sel-sel darah merah. Komposisi Blood Agar Plate (BAP) yaitu mengandung trypton 15 gram, soy peptone 5 gram, sodium khloride 5 gram, lithium khloride 10 gram, magnesium sulphate 3,8 gram, dan agar 15 gram.

Pada media Blood Agar biasa diinokulasikan sampel swab tenggorokan untuk mendeteksi keberadaan grup A Streptococcus hemolitik beta. Jenis yang pathogen adalah Streptococcus pyogenes, agen penyebab radang tenggorokan. Flora normal akan menunjukkan hemolisis alpha atau gamma. Untuk Blood Agar Base steril yang telah didinginkan sampai 45-500C ditambahkan 5% v/v darah steril yang telah dihangatkan pada suhu kamar (Wakenko, 2011).

Ada tiga jenis hemolisis yaitu beta hemolisis, alfa hemolisis, dan gamma hemolisis. Beta hemolisis merupakan lisis lengkap sel darah merah dan hemoglobin. Alfa hemolisis mengacu pada lisis parsial/lisis sebagian dari sel darah merah dan hemoglobin. Hal ini menghasilkan perubahan warna disekitar menjadi abu-abu kehijauan. Gamma hemolisis yaitu tidak terjadi hemolisis dimana tidak ada perubahan warna dalam media.
Hemolisis Pada Media BAP
Penampakan Hemolisis Pada Media BAP

ALAT DAN BAHAN
Alat
  • Neraca analitik Sartorius\
  • Petridish
  • Jarum suntik
  • Kapas
  • Gunting
  • Erlenmeyer
  • Lampu Bunsen
  • Gelas ukur
  • Tabung reaksi
  • Autoclave

Bahan
  • Bubuk media Blood Agar Plate
  • Aquades pH ± 7 (netral)
  • pH stick
  • Aluminium foil
  • Benang
  • Darah kambing/doba segar
  • Alkohol

Pembuatan Media
  • Alat dan bahan disiapkan.
  • Bubuk media Blood Agar Base ditimbang sebanyak 40  gram kemudian dimasukkan ke dalam botol kaca.
  • Dilarutkan dengan 1000 ml aquades pH ± 7 (netral) kemudian dihomogenkan menggunakan stirrer magnetic
  • Botol kaca yang berisi media ditutup dengan tutup botol yang dilapisi aluminum foil dan diikat dengan benang.
  • Media disterilisasi dengan autoclave pada suhu 1210C selama 15 menit.
  • Media yang telah steril didinginkan hingga mencapai suhu 45-500C.
  • Ditambahkan 5-7% darah kambing
  • Media dituang ke dalam plate dan ditunggu hingga padat.
  • Setelah beku media siap digunakan

Pengambilan Darah kambing
  • Alat dan bahan disiapkan
  • Vena kambing dibersihkan dengan kapas alkohol. Bila perlu bulu-bulu kambing disekitar vena digunting agar vena terlihat dengan jelas
  • Ditusuk vena dengan spuit dan diambil darah sesuai kebutuhan
  • Dilepasan jarum dan segera diletakkan kapas alkohol 70% di atas bekas tusukan untuk menekan bagian tersebut selama 1-2 menit kemudian di plester.
  • Darah kambing segar siap digunakan untuk pembuatan media

Media agar darah disebut media universal karena dapat digunakan untuk menumbuhkan beragam jenis bakteri. Media Agar Darah juga dapat membedakan bakteri hemolitik dan bakteri non hemolitik, yang ditandai oleh adanya zona (halo) disekitar koloni. Media untuk perkembangbiakan bakteri merupakan tempat untuk tumbuh dan berkembangnya suatu bakteri. Media tersebut biasanya berbentuk agar-agar. Dalam pembutan media untuk pertumbuhan bakteri diperlukan suatu kondisi yang steril, agar pada saat pembuatan media tidak ada bakteri yang tidak diinginkan ikut berkembang biak juga.

Media Blood Agar Plate merupakan media diperkaya. Disebut diperkaya karena media ini ditambahkan darah saat pembuatannya.Dimana darah yang bisa digunakan yaitu darah mamalia seperti domba, kuda dan manusia. Adapun kandungan-kandungan yang terdapat pada Blood Agar Base antara lain:
Lab ’Lamco’ Powder 10,0 g/L
Peptone 10,0 g/L
Sodium Chloride 5,0 g/L
Agar 15,0 g/L

Adapun hal-hal berikut yang perlu diperhatikan, yaitu:
Uji Kualitas Media
Untuk mengetahui kualitas media yang kita buat apakah memenuhi standar atau tidak, perlu melakukan beberapa uji kualitas media di antaranya :
  • Uji secara visual: Uji ini digunakan untuk memperhatikan warna yang terlihat, contoh : warna media tidak sesuai dengan warna standar maka media dicurigai adanya perbedaan pH.
  • Uji sterilitas: Uji ini merupakan suatu keharusan pada media yang diperkaya dengan bahan bahan terentu seperti darah agar. Cara untuk mengujinya  antara lain : Mengambil 5% media yang dibuat, diinkubasi selama 2 hari pada suhu 370 C, bila terdapat lebih dari 2 koloni kuman per cawan petri berarti media tidak dapat dipakai, karena sudah terkontamiinasi

Penyimpanan Media Blood Agar Plate
Media Blood Agar Plate dapat disimpan dengan memperhatikan hal-hal berikut:
  • Hindari terkena cahaya matahari langsung.
  • Media yang diperkaya dengan darah disimpan pada lemari es.
  • Media dijaga agar tidak mengalami kekeringan. (untuk media di cawan petri sebaiknya menggunkan kantong plastic atau kertas san disimpan dalam lemri es).
  • Media dengan cawan petri bisa bertahan selama kurang lebih 3 minggu 

Nilai-nilai Kritis Pembuatan Media Blood Agar Plate
  • Alat-alat yang akan digunakan diberi label/etiket pembuatan
  • Etiket pada media merupakan faktor penting yang harus diperhatikan untuk menghindari pemakaian media jika misalnya sudah kadaluwarsa.
  • Penimbangan harus sesuai dengan volume yang dibuat
  • Penambahan aquadest harus sesuai dengan volume agar media tidak terlalu encer ataupun terlalu cepat memadat
  • Homogenisasi dengan pemanasan tidak boleh dilakukan sampai larutan media mendidih melainkan hanya sampai tidak ada kristal yang bersisa di dasar erlenmeyer
  • Pengecekan pH dilakukan pada suhu 25oC, nilai pH yang diharapkan adalah 7,3±0,2
  • Apabila pH larutan terbukti kurang asam maka ditambahkan HCl 0,01 N dan apabila kurang basa perlu ditambahkan NaOH 0,01 N
  • Larutan media disterilisasi autoclave pada suhu 121oC selama 15 menit
  • Darah domba ditambahkan setelah proses sterilisasi ± pada saat suhu larutan media 50oC (pasca dikeluarkan dari autoclave) hal ini dilakukan mengingat darah domba yang ditambahkan dapat lisis dalam suhu  0yang terlalu tinggi (>50oC)
  • Darah yang ditambahkan tidak harus darah domba asalkan berasal dari makhluk berdarah panas
  • Pada dasarnya darah domba memberikan hasil yang terbaik sebab eritrosit darah domba berukuran besar sehingga akan lebih mudah mengalami hemolisis
  • Darah domba yang ditambahkan sebanyak 5% dari volume larutan media, patokan 5% karena dengan jumlah ini bakteri dapat menghemolisiskan darah dengan baik. Apabila darah yang ditambahkan lebih dari 5%, darah akan menutupi nutrien lain pada media. Namun, apabila darah yang ditambahkan kurang dari 5% maka bakteri tidak dapat menghemolisiskan darah
  • Setelah ditambahkan darah, larutan media tidak boleh dipanaskan karena darah dapat rusak akibat teroksidasi
  • Media diinkubasi dengan inkubator suhu 37oC selama 24 jam
  • Media saat itu diletakkan dengan posisi plate yang terbalik untuk  menghindari menetesnya uap air pada media yang dikhawatirkan akan mengurangi kualitas daripada media itu sendiri selain itu berfungsi pula untuk mempermudah pengambilan media
  • Media setelah inkubasi sebaiknya tidak dibiarkan dalam lingkungan terbuka untuk menghindari kontaminasi mikroorganisme lain terutama jamur yang dapt menghambat pertumbuhan bakteri, media sebaiknya disimpan dalam kulkas yang mempunyai suhu konstan yakni 4oC-8OC.



Minggu, 06 November 2016

Media Plate Count Agar (PCA)

Mikroorganisme dapat hidup dimana saja seperti air, udara, darat, termasuk di makanan. Pada beberapa kondisi, jumlah mikroorganisme harus dibatasi, seperti mikroorganisme pada saluran pembuangan limbah dan juga mikroorganisme pada makanan atau produk susu jumlahnya harus mengikuti standar-standar yang sudah ditetapkan. Untuk menghitung jumlah mikroorganisme tersebut biasanya sampel dari makanan atau produk susu atau dari air limbah tersebut di uji menggunakan media Plate Count Agar (PCA) dengan metode Total Plate Count (TPC).
Media Plate Count Agar (PCA)
Media Plate Count Agar (PCA)
Plate Count Agar (PCA) atau yang juga sering disebut dengan Standard Methods Agar (SMA) merupakan sebuah media pertumbuhan mikroorganisme yang umum digunakan untuk menghitung jumlah bakteri total (semua jenis bakteri) yang terdapat pada setiap sampel seperti makanan, produk susu, air limbah dan sampelsampel lainnya yang juga biasanya menggunakan metode Total Plate Count (TPC). Plate Count Agar (PCA) merupakan media padat, yaitu media yang mengandung agar sehingga setelah dingin media tersebut akan menjadi padat. Plate Count Agar (PCA) pertama kali dikembangkan oleh Buchbinder, Baris, dan Goldstein pada tahun 1953 atas permintaan dari American Public Health Association (APHA).

Penggunaan Plate Count Agar (PCA) sebagai media untuk menghitungjumlah total dari bakteri sudah dilakukan sejak lama. Sekarang industri-industri seperti makanan, produk susu dan juga pengolahan limbah sudah menerapkan perhitungan jumlah total bakteri pada sampel mereka sesuai dengan standar yang ada menggunakan Plate Count Agar (PCA). Plate Count Agar (PCA) dibuat dengan melarutkan semua bahan hingga membentuk suspensi 23,5 g/L kemudian disterilisasi pada autoklaf.

Komposisi Plate Count Agar (PCA) dapat bervariasi, tetapi biasanya mengandung : 0,5% trypton, 0,25% ekstrak ragi, 0,1% glukosa, 1,5% agar-agar. Plate Count Agar (PCA) mengandung glukosa dan ekstrak ragi yang digunakan untuk menumbuhkan semua jenis bakteri. Plate Count Agar (PCA) mengandung nutrisi yang disediakan oleh trypton, vitamin dari ekstrak ragi, dan glukosa yang digunakan sebagai sumber energi bagi mikroorganisme sehingga mendukung pertumbuhan dari bakteri. Plate Count Agar (PCA) bukan merupakan media selektif karena media ini tidak hanya ditumbuhi oleh satu jenis mikroorganisme tertentu (Syamsuri, 1992)

Media yang memiliki fungsi umum adalah media yang dapat dijadikan pertumbuhan bagi berbagai jenis bakteri contohnya seperti Nutrient Agar (NA), Plate Count Agar (PCA), Potato Dextrose Agar (PDA), gelatin, silika gel dan beberapa limbah pertanian berbentuk padat. Media yang memiliki fungsi selektif adalah media yang ditambah zat kimia tertentu yang bersifat selektif untuk mencegah pertumbuhan mikroba lain sehingga dapat mengisolasi mikroba tertentu, misalnya media yang mengandung kristal violet pada kadar tertentu, dapat mencegah pertumbuhan bakteri gram positif tanpa mempengaruhi bakteri gram negatif. Contohnya yaitu SSA (Salmonella Shygella Agar), dan VRB (Violet Red Bile Agar). Media diferensial (deferential medium) adalah media yang ditambahkan zat kimia tertentu yang menyebabkan mikroba membentuk pertumbuham atau mengadakan perubahan tertentu hingga dapat membedakan tipenya. Contohnya adalah EMBA dan TSIA (Triple Sugar Iron Agar).

Media agar yang digunakan dalam praktikum yaitu PCA. PCA (Plate Count Agar) digunakan sebagai medium untuk mikroba aerobik dengan inokulasi di atas permukaan. PCA dibuat dengan melarutkan semua bahan (casein enzymic hydrolisate, yeast extract, dextrose, agar) hingga membentuk suspensi 22,5 g/L kemudian disterilisasi pada autoklaf (15 menit pada suhu 121°C). Media PCA ini baik untuk pertumbuhan total mikroba (semua jenis mikroba) karena di dalamnya mengandung komposisi casein enzymic hydrolisate yang menyediakan asam amino dan substansi nitrogen komplek lainnya serta ekstrak yeast mensuplai vitamin B kompleks (Ruly. 2008)

ALAT DAN BAHAN
Alat
  • Neraca analitik
  • Spatula
  • Kertas timbang
  • Botol kaca
  • Gelas ukur 1000 ml
  • Plate/ Petridish
  • Batang pengaduk
  • Autoclave

Bahan
  • Bubuk media Plate Count Agar Oxoid CM 325
  • Aquades pH ± 7 (netral)
  • pH stick
  • Aluminium foil
  • Benang

Prosedur Kerja
  • Alat dan bahan disiapkan.
  • Bubuk media Plate Count Agar Oxoid CM 325 ditimbang sebanyak 17,5  gram kemudian dimasukkan ke dalam botol kaca.
  • Dilarutkan dengan 1000 ml aquades pH ± 7 (netral) kemudian dihomogenkan.
  • Media yang telah larut dicek pHnya dengan pH stick.
  • Botol kaca yang berisi media ditutup dengan tutup botol yang dilapisi aluminum foil dan diikat dengan benang.
  • Media disterilisasi dengan autoclave pada suhu 1210C selama 15 menit.
  • Media yang telah steril didinginkan hingga mencapai suhu 45-500C.
  • Media dituang ke dalam plate dan ditunggu hingga padat.
  • Setelah beku media siap digunakan 

Sabtu, 05 November 2016

Media Potato Dextrose Agar (PDA)

Potato dextrose agar merupakan salah satu media yang baik digunakan untuk membiakkan suatu mikroorganisme, baik itu berupa cendawan/fungsi, bakteri, maupun sel mahluk hidup. Media PDA merupakan jenis media biakan dan memiliki bentuk/ konsistensi padat (solid). Potato dextrose agar merupakan paduan yang sesuai untuk menumbuhkan biakan (Winda, 2009).
Media Potato Detrose Agar (PDA)
Media Potato Detrose Agar (PDA)
Media potato dextrose agar (PDA) berfungsi sebagai media kapang (jamur) dan khamir. Selain itu PDA digunakan untuk enumerasi yeast dan kapang dalam suatu sampel atau produk makanan. PDA mengandung sumber karbohidrat dalam jumlah cukup yaitu terdiri dari 20% ekstrak kentang dan 2% glukosa sehingga baik untuk pertumbuhan kapang dan khamir tetapi kurang baik untuk pertumbuhan bakteri. Komposisinya PDA berupa kentang (4 g/L (berasal dari 200 gr kentang)), dektrose (15 g/L) dan aquades 1L.
Secara lebih rinci karakteristik media PDA terdiri dari :
Komposisi Media PDA (Potato Dextrose Agar)

Potato extract  : 40,0 gram
Dextrose           : 20,0 gram
Agar                 : 15,0 gram

Fungsi dari Komposisi Media PDA (Potato Dextrose Agar)
  • Potato extract: Potato extract atau ekstrak kentang merupakan sumber karbohidrat atau makanan bagi biakan pada media PDA (Potato Dextrose Agar). 
  • Dextrose: Dextrose atau gugusan gula baik itu monosakarida maupun polisakarida merupakan penambah nutrisi bagi biakan pada media PDA (Potato Dextrose Agar). 
  • Agar: Agar merupakan bahan media/tempat tumbuh bagi biakan yang baik, karena mengandung cukup air.
Fungsi Media PDA (Potato Dextrose Agar) di Mikrobiologi
Dalam mikrobiologi media PDA (Potato Dextrose Agar) digunakan untuk menumbuhkan atau mengidentifikasi yeast dan kapang. Dapat juga digunakan untuk enumerasi yeast dan kapang dalam suatu sampel atau produk makanan. PDA mengandung sumber karbohidrat dalam jumlah cukup yaitu terdiri dari 20% ekstrak kentang dan 2% glukosa sehingga baik untuk pertumbuhan kapang dan khamir tetapi kurang baik untuk pertumbuhan bakteri.
 Media SDA yang sudah ditumbuhi jamur
Alat Bahan & Reagen

Alat-alat

  • Timbangan analitik 
  • Gelas Arloji 
  • Kertas timbang 
  • Beaker glass 
  • Pengaduk 
  • Gelas ukur 
  • Erlenmeyer 
  • Pemanas listrik 
  • Penyangga kaki tiga 
  • Penahan 
  • Pipet Pasteur 
  • Petridisk steril 
  • Auotoclave 
  • Api spiritus 
  • Incubator 
  • Pipet ukur 
  • Mortar dan pastle

Bahan
  • Media PDA (Potato Dextrose Agar) (Oxoid-CM0139) 
  • Antibiotik Chlorampenicol 500 mg 
  • Aquadest 
  • Kertas pH/pH meter 
  • NaOH 0,01 N 
  • HCl 0,01 N 
  • Kapas berlemak 
  • Tissue 
  • Aluminium foil 
  • Benang pulung
Cara Kerja
  • Semua Alat Pelindung Diri digunakan dengan baik, benar, dan lengkap. 
  • Disiapkan semua alat-alat dan bahan-bahan yang akan digunakan 
  • Dipastikan semua alat dan bahan dalam keadaan siap digunakan. 
  • Ditimbang serbuk media PDA (Potato Dextrose Agar) sebanyak 7,8 gram. 
  • Dipindahkan serbuk media PDA (Potato Dextrose Agar) ke beaker glass, lalu ditambahkan aquadest dengan volume 200 ml, dipindahkan ke Erlenmeyer. 
  • Dihomegenkan larutan dengan bantuan pemanasan dan pengadukan. 
  • Pelarutan tidak boleh dilakukan sampai mendidih(pelarutan harus sempurna sehingga tidak ada kristal yang bersisa. 
  • Dicek pH larutan sesuai petunjuk media (pH = 5,6 ± 0,2) pada suhu 25oC 
  • Diperhatikan pengecekan suhu larutan saat pengecekan pH media. 
  • Ditambah NaOH 0,01 N jika pH larutan kurang basa dan ditambahkan HCl 0,01 N ika pH larutan kurang asam. 
  • Disterilisasi ±121oC (1 atm); ± 15 menit 
  • Dikeluarkan larutan dari autoclave, saat suhu rendah (20oC) dan tekanan telah turun (dilihat indikator autoclave). 
  • Dibiarkan larutan hingga suhu ±50oC lalu ditambahkan antibiotik chlorampenicol 500mg (sebelumnya antibiotik chlorampenicol 500mg telah dilarutkan dengan 10 mL aquadest, dan tiap 100 mL PDA = 1 mL suspensi chlorampenicol). 
  • Dihomogenkan larutan yang telah ditambahkan antibiotik chlorampenicol (dapat dibantu pemanasan, suhu ≤70oC). 
  • Dituang ke petridisk steril yang telah disediakan. 
  • Dibiarkan media pada petridisk membeku dengan sempurna. 
  • Dimasukkan media ke incubator (±37oC), ±24 jam untuk uji kualitas media, dengan posisi petridisk steril terbalik. 
  • Disimpan pada suhu 4oC – 8oC untuk menyimpan media.

Perhitungan Penimbangan Bubuk Media






















Pembuatan Media Potato Detrose Agar (PDA)
Dalam pembuatan media PDA ada beberapa tahap antara lain sebagai berikut.
Penimbangan, penimbangan bubuk media harus tepat agar konsentrasi media yang terlarut dalam aquadest dalam jumlah yang tepat dan media dapat memadat dengan baik. Dimana pada praktikum kali ini bubuk media digunakan bubuk media PDA merk OXOID dan ditimbang sebanyak 7,8 g.

Pelarutan, media yang telah tadi dilarutkan dengan 200 ml auadest yang ditakar secara tepat menggunakan gelas ukur. Media dilarutkan dengan bantuan pemanasan dan pengadukan, pemanasan diperluka supaya agar yang terkandung pada media dapat mengembang dan pada akhirnya nanti dapat memadat, pemanasan tidak boleh sampai mendidih agar nutrisi-nutrisi media tidak pecah dan rusak. Pemanasan yang sempurna di tandai dengan terlarunya semua serbuk dan tidak ada sisa kristal. Adapun perubahan warna ang terlihat saat pemanasan adalah dari warna kuning keruh berubah menjadi kuning bening. PH larutan di ukur, pH yang sesuai dengan rekomendasi yang tertera pada etiket yang diberikan oleh pabrikan untuk media PDA adalah 5,6 ± 0,2 pada suhu 25ºC. Jika pH kurang asam maka ditambahkan larutan asam yaitu HCL 0,01 N dan jika media kurang basa maka di tambahkan larutan basa NaOH 0,01 N.

Erlenmeyer kemudian di tutup dengan kapas berlemak agar saat sterilisasi berlangsung media tidak menguap keluar dan untuk mengindari kontaminasi dari luar. Media disterilisasi dengan autoklaf selama 15 menit dengan susu 121ºC. setelah sterilisasi media di tambahkan dengan antibiotic chlorampenicol dengan perbandingan 100 ml PDA = 1 ml suspensi antibiotik dan penambahan ini di lakukan saat suhu media kira-kira 50ºC, agar fungsi antibiotik tidak terhambat. Karena dibuat media PDA dengan volume 200 ml maka antibiotik yang diperlukan adalah 2 ml. Fungsi dari penambaha antibiotik adalah untuk menghambat pertumbuhan bakteri agar jamur dapat tumbuh dengan baik, karena tujuan dari pembuatan media PDA ini sendiri adalah untuk menumbuhkan jamur, sehingga kemungkinan ikut tumbuhnya bakteri pada media diminimalisir dengan penambahan antibiotik ini. Media kemudian di tuang pada petridisk dengan volume 15- 25 ml dengan ketebalan media pada petridisk kira-kira 0.5 cm. Ditunggu media agar mengeras atau memadat sempurna dan terakhir simpan media pada suhu 4ºC-8ºC pada posisi petridisk terbalik untuk menghindari tetesan-tetesan embun dari uap air ke media yang dapat mengontaminasi media.

Fungsi dan Karakteristik  Media Potato Dextrose Agar (PDA)
Media Potato Dextrose Agar (PDA) memiliki fungsi secara umum untuk menjadi media pertumbuhan atau pembiakan mikroorganisme jenis jamur. Karakteristik media PDA ini sendiri dapat dilihat dari jenis, konsistensi, warna, sifat media, dan pH, serta ciri khusus lainnya. 

Berdasarkan jenis wadah tempat dibentuknya media PDA termasuk media plate, dimana media ini memiliki kosistensi padat, dan secara visual memiliki warna kuning tipis. Media PDA bersifat selektif untuk menumbuhkan jamursepeti ragi. Media ini memiliki pH sedikit asam dimana media PDA ini stabil digunakan pada pH 5,6 ± 0,2 pada suhu ruang 250C. Media PDA memiliki karakteristik khusus dibandingkan media lainnya dari segi ahan penyusunnya, dimana dalam pembuatan media PDA ini diberikan bahan tambahan bahan berupa antibiotik sebagai bahan antibakteri, sehingga jamur yang hendak ditumbuhkan dapat tumbuh dengan baik di dalam mdia tanpa adanya gangguan dari bakteri.

Nilai Kritis Pembuatan Media
Nilai-nilai kritis dalam pembuatan madia ini antara lain :

  • Penimbangan bubuk media harus sesuai dengan volume yang akan dibuat, maka dari itu dapat dibantu dengan perhitungan. 
  • Pelarutan media jangan sampai mendidih karena dapat merusak komposisi media, khususnya kandungan gula (laktosa), merubah pH media, dan membuat media susah memadat. 
  • Pengecekan pH media harus pada suhu 25 °C agar tidak merusak indikator pH yang digunakan. 
  • Proses sterilisasi harus tepat suhu, waktu dan tekanan pada autoklaf agar media yang dibuat terhindar dari kerusakan dan kontaminasi yang tidak diinginkan. 
  • Proses pengerjaan harus cepat dan tepat, khususnya saat media akan dituang ke petridisk, agar media tidak memadat sebelum dipindahkan ke petridisk. 
  • Penuangan media ke petri disk harus pada kondisi steril yaitu melalui proses fiksasi. 
  • Sebelum diinkubasi atau disimpan dpastikan media sudah memadat terlebih dahulu, karena proses inkubasi maupun penyimpanan media akan dilakukan dalam posisi petridisk terbalik. 
  • Media diinkubasi selama ± 24 jam, dengan posisi petridisk terbalik, untuk menyediakan sirkulasi udara yang baik untuk pertumbuhan bakteri, dan agar uap air yang berkondensasi menjadi tetesan air tidak jatuh ke permukaan media dan menyebabkan kontaminasi. 
  • Media yang sudah jadi harus disimpan pada lemari pendingin pada suhu 20-80C dalam posisi petridisk terbalik untuk menjaga kualitas media tetap baik sebelum digunakan. 
  • Setiap tahapan pembuatan media PDA ini perlu diperhatikan benar sterilitas saat bekerja, agar kemungkinan terjadinya kontaminasi bakteri pada media dapat dihindari. Sehinga jamur yang akan dikultur pada media ini nantinya dapt tumbuh sempurna tanpa gangguan mikroorganisme lain seperti bakteri..






DAFTAR PUSTAKA
Kawuri, R., Y. Ramona dan I. B. G. Darmayasa. 2007. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Farmasi. Jurusan Biologi F. MIPA UNUD : Bukit Jimbaran
Pelczar, M.J. dan Chan, E. C. S., 1988. Dasar-dasar Mikrobiologi Jilid 1. Jakarta:UI Press 
Singleton dan Sainsbury,  2006. Dictionary of Microbiology and Molecular Biology 3rd Edition.  John Wiley and Sons Inc. Sussex, England.
Sumarsih, S., 2003. Mikrobiologi Dasar. Universitas Pembangunan Nasional Veteran, Yogyakarta.
Supardi, dan Sukamto. 1999. Mikrobiologi Dalam Pengolahan Dan Keamanan Produk Pangan. Bandung : Penerbit Alumni.