Get me outta here!

Jumat, 30 September 2016

Pemeriksaan SGOT/AST

SGOT atau juga dinamakan AST (Aspartat aminotransferase) merupakan enzim yang dijumpai dalam otot jantung dan hati, sementara dalam konsentrasi sedang dijumpai pada otot rangka, ginjal dan pankreas. Konsentrasi rendah dijumpai dalam darah, kecuali jika terjadi cedera seluler, kemudian dalam jumlah banyak dilepaskan ke dalam sirkulasi. Pada infark jantung, SGOT/AST akan meningkat setelah 10 jam dan mencapai puncaknya 24-48 jam setelah terjadinya infark. SGOT/AST akan normal kembali setelah 4-6 hari jika tidak terjadi infark tambahan. Kadar SGOT/AST biasanya dibandingkan dengan kadar enzim jantung lainnya, seperti CK (creatin kinase), LDH (lactat dehydrogenase). Pada penyakit hati, kadarnya akan meningkat 10 kali lebih dan akan tetap demikian dalam waktu yang lama.

SGOT/AST serum umumnya diperiksa secara fotometri atau spektrofotometri, semi otomatis menggunakan fotometer atau spektrofotometer, atau secara otomatis menggunakan chemistry analyzer.  Prinsip analisa SGOT/AST dengan metode spektrofotometri adalah Glutamat oxaloasetat transaminase (GOT) atau aspartat transaminase  mengkatalis transfer gugus amino dari L-aspartat ke 2-oxoglutarat untuk membentuk oxaloasetat dan L-glutamat. Kemudian Laktat dehidrogenase (LDH) mengkonversi oxaloasetat menjadi L-malat dengan mengoksidasi NADH menjadi NAD+.
Reaksi:


Nilai rujukan untuk SGOT/AST adalah :
Laki-laki    : 0 - 50 U/L
Perempuan : 0 - 35 U/L

Masalah Klinis
Kondisi yang meningkatkan kadar SGOT/AST :
  • Peningkatan tinggi ( > 5 kali nilai normal) : kerusakan hepatoseluler akut, infark miokard, kolaps sirkulasi, pankreatitis akut, mononukleosis infeksiosa 
  • Peningkatan sedang ( 3-5 kali nilai normal ) : obstruksi saluran empedu, aritmia jantung, gagal jantung kongestif, tumor hati (metastasis atau primer), distrophia muscularis.
  • Peningkatan ringan ( sampai 3 kali normal ) : perikarditis, sirosis, infark paru, delirium tremeus, cerebrovascular accident (CVA)
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :
  • Injeksi per intra-muscular (IM) dapat meningkatkan kadar SGOT/AST 
  • Pengambilan darah pada area yang terpasang jalur intra-vena dapat menurunkan kadar SGOT/AST 
  • Hemolisis sampel darah 
  • Obat-obatan dapat meningkatkan kadar : antibiotik (ampisilin, karbenisilin, klindamisin, kloksasilin, eritromisin, gentamisin, linkomisin, nafsilin, oksasilin, polisilin, tetrasiklin), vitamin (asam folat, piridoksin, vitamin A), narkotika (kodein, morfin, meperidin), antihipertensi (metildopa/aldomet, guanetidin), metramisin, preparat digitalis, kortison, flurazepam (Dalmane), indometasin (Indosin), isoniazid (INH), rifampin, kontrasepsi oral, teofilin. Salisilat dapat menyebabkan kadar serum positif atau negatif yang keliru. (Riswanto.2009)  

Alat dan Bahan yang digunakan untuk pemeriksaan SGOT/AST:
Alat

  • Mikropipet 100 µl 
  • Mikropipet 500 µl 
  • Yellow tip 
  • Blue tip
  •  Tabung reaksi 
  • Kuvet 
  • Spektrofotometri
Bahan

  • Reagen diasys ASAT (GOT) Es monoreagen (dibuat dengan mencampurkan 4 bagian R1 dengan 1 bagian R2, kemudian ditunggu 30 menit) 
  • Sampel serum

Cara Kerja

  • Disiapkan semua alat dan bahan yang akan diperlukan 
  • Sebanyak 1000 µl monoreagen ASAT (GOT) dimasukkan ke dalam tabung reaksi 
  • Ditambahkan 100 µl sampel serum dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi reagen. 
  • Stopwatch dihidupkan setelah sampel ditambahkan ke dalam monoreagen 
  • Absorbansi dibaca setelah 1 menit. Absorbansi larutan diukur dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 340 nm 
  • Absorbansi dibaca kembali setelah 1,2 menit berikutnya. 
  • Hasil data absorbansi sampel dicatat lalu dilakukan perhitungan kadar SGOT dari sampel serum yang diperiksa.
Tahap pertama sampel serum dipipet sebanyak 100 µl dan monoreagen ASAT (GOT) sebanyak 1000 µl ke dalam kuvet menggunakan mikropipet. Pemipetan menggunakan mikropipet bertujuan supaya diperoleh volume yang lebih akurat karena akurasi mikropipet ini sangat tinggi. Tip yang digunakan pun harus diperhatikan kebersihannya unuk meminimalisir kontaminasi yang mempengaruhi absorbansi sampel. Kemudian campuran sanpel dan reagen didiamkan selama 1 menit. Waktu 1 menit ini merupakan waktu optimum  agar serum dan reagen bereaksi dengan sempurna. Monoreagen ( dibuat dg mencampurkan 4 bagian reagen R1 dengan 1 bagian reagen R2). Reagen I yang digunakan berisi Tris pH 7,65 110 mmol/liter, L-Aspartat 320 mmol/liter, MDH (Malat Dehidrogenase) 800 U/liter, LDH (Laktat Dehidrogenase) 1200 U/liter. Tris pH 7,65 dalam reagen I berfungsi sebagai penjaga pH serum selama reaksi pemeriksaan ini supaya menjaga kestabilan aktivitas GPT karena enzim sangat sensitif terhadap perubahan pH. L-Aspartat berfungsi sebagai asam amino yang akan diubah menjadi L-glutamat dengan dikatalisis oleh enzim Glutamat Oxaloacetat Transaminase (GOT). MDH (Malat Dehidrogenase) dan LDH (Laktat Dehidrogenase) juga merupakan enzim yang akan mengkatalisis reaksi selanjutnya dari produk yang dihasilkan dari reaksi dengan katalisator GPT tadi.  Reagen II yang digunakan ini berisi 2-oxoglutarat 65 mmol/liter dan NADH 1 mmol/liter. 2-oxoglutarat akan bereaksi dengan L-Aspartat membentuk L-glutamat dan oxaloasetat dengan dikatalisis oleh enzim GOT. Enzim GOT ini akan mengkatalisis pemindahan gugus amino pada L-aspartat ke gugus keto dari alfa-ketoglutarat membentuk glutamat dan oksalat. Selanjutnya oksaloasetat direduksi menjadi malat.

Sebelum mengukur absorbansi sampel terlebih dahulu diukur absorbansi balnko. Pembuatan larutan blanko sama dengan pembuatan larutan sampel yang akan diuji, tetapi hanya berisi aquades dan monoreagen tanpa adanya sampel. Blanko ini berfungsi supaya alat spektrofotometer UV/Vis mengenal matriks selain sampel sebagai pengotor. Setelah didiamkan selama 1 menit dimasukkan sampel kedalam kuvet dan diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV/Vis pada panjang gelombang 340 nm karena pada panjang gelombang tersebut merupakan panjang gelombang maksimum untuk pemeriksaan SGOT yang akan memberikan kepekaan serta sensifitas pengukuran lebih tinggi sehingga pengukuran yang didapatkan lebih valid. Kemudian  pada setiap menit berikutnyanya diukur lagi absorbansinya sampai menit ke 3.  Pengukuran tiap menit ini berguna untuk mengetahui tingkat presisi dari sampel yang diukur tiap menitnya sehingga hasil yang didapatkan lebih akurat.








DAFTAR PUSTAKA
Guyton & Hall, 2006 . buku ajar fisiologi kedokteran edisi 11, Jakarta: EGC

Riswanto, 2009, SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase). Online     http://labkesehatan.blogspot.com/2009/12/sgot-serum-glutamic-oxaloacetic.html. 30 april 2014

Sabiston. 1992. Buku Ajar Bedah. Jakarta: EGC

Sacher, Ronald A. dan McPherson, Richard A. 2002. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium Edisi 11. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Wijayakusuma, Hembing. 2008. Tumpas Hepatitis dengan Ramuan Herbal. Jakarta: Pustaka Bunda



 

4 komentar:

  1. kenpa bisa ijeksi IM dapat menigkatkan nilai AST??

    BalasHapus
    Balasan
    1. SGOT/AST diproduksi sebagian kecil oleh sel otot, jantung, pankreas dan ginjal. Rusaknya sel otot bisa disebabkan aktifitas fisik yang berat, luka dan trauma. IM dapat menimbulkan trauma dan rusaknya sel otot yang berakibat naiknya SGOT/AST.

      Hapus
  2. Kenapa pemeriksaan ezim ini harus pake sampel serum..

    BalasHapus