Get me outta here!

Sabtu, 01 Oktober 2016

Pemeriksaan LCS Metode None-Pandy


Liquor Cerebrospinalis atau yang biasa disingkat LCS adalah cairan yang menyelimuti susunan syaraf pusat. Fungsinya adalah sebagai pelindung terhadap otak maupun tulang belakang. Selain itu juga berfungsi sebagai pengatur eksitabilitas dengan mengatur komposisi ion, membawa keluar metabolit-metabolit (karena otak tidak mempunyai pembuluh limpe) dan memberikan perlindungan terhadap tekanan. Liquour Cerebrospinalis adalah cairan otak yang diambil melalui lumbal punksi. Kelainan  hasil pemeriksaan dapat memberikan petunjuk ke arah suatu penyakit susunan saraf pusat, baik kasus akut maupun kronis yang akan diberikan tindakan lebih lanjut oleh klinisi berupa pemberikan terapi adekuat. Pemeriksaan Liquor Cerebrospinalis ditujukan untuk mengetahui adanya kelainan pada otak maupun sumsum tulang, meningitis, tumor, abses, enchefilitis maupun infeksi virus pada daerah tersebut. Analisa Liquor Cerebrospinalis sendiri dibagi menjadi menjadi 3 bagian yaitu makroskopis, mikroskopis dan kimia.
Lumbar Puncture
Lumbar Puncture
Pemeriksaan makroskopis meliputi: warna, kekeruhan, bau, bekuan dengan menggunakan indra manusia dan pH dibaca dengan skala pH. Pemeriksaan mikroskopis yaitu pemeriksaan untuk menghitung jumlah dan jenis sel, sedangkan pemeriksaan kimia meliputi: pemeriksaan protein, glukosa, dan klorida. Dalam keadaan normal, cairan otak hanya mengandung sedikit sekali protein, karena sawar darah-otak tidak dapat ditembus oleh protein-protein plasma yang besar molekulnya. Konsentrasi normal kurang dari 1% dari kadar protein dalam serum yang nilainya 5-8 g/dl.

Ada bermacam-macam sebab konsentrasi protein meningkat. Satu di antaranya adalah permeabilitas sawar darah-otak yang menigkat oleh radang. Pada meningitis yang berat, semua jenis protein dapat menembus ke dalam LCS, termasuk juga fibrinogen yang molekulnya besar sekali. Pada meningitis purulenta, protein dalam LCS lebih meningkat lagi oleh karena bakteri dan sel-sel, baik yang utuh maupun yang rusak menambah protein ke dalam LCS.

Ada dua metode pemeriksaan protein pada LCS yang sering dilakukan, yaitu:
Pemeriksaan Ross-Jones (Reaksi None-Apelt)
Pemeriksaan Ross- Jones atau sering yang disebut None-Apelt merupakan suatu pemeriksaan untuk mengetahui atau menguji kadar globulin dalam cairan otak. Pada pemeriksaan menggunakan larutan jenuh ammonium sulfat sebagai reagens. Reagen ammonium sulfat ini terdiri dari ammonium sulfat sebanyak 80 gr dan  aquadest 100 ml. Larutan ini kemudian  disaring sebelum digunakan.
Pemeriksaan None
Pemeriksaan None
Pada pemeriksaan ini mula-mula semua alat dan bahan dikondisikan pada suhu kamar. Hal ini berfungsi agar reaksi yang terjadi pada saat pemeriksaan dapat berjalan secara maksimal. Tabung serologis diisi dengan larutan amonium sulfat jenuh sebanyak 1 ml.  Kemudian sampel ditambahkan 0,5 ml ke tabung dengan hati-hati melewati dinding tabung serologis. Larutan amonium sulfat  ini nantinya akan memberikan reaksi terhadap protein globulin yang ada dalam sampel dalam bentuk kekeruhan yang berupa cincin. Larutan tersebut kemudian dibiarkan selama 3 menit. Waktu ini merupakan waktu optimal yang diperlukan reagen amonium sulfat jenuh bereaksi dengan globulin dalam sampel.  Kemudian diamati perubahan yang terjadi. Ketebalan cincin yang terbentuk berbanding lurus dengan  kadar globulin, makin tinggi kadar globulinnya maka cincin yang terbentuk makin tebal.


Pemeriksaan Pandy
Metode yang digunakan untuk memeriksa adanya protein dalam Liquor Cerebrospinalis adalah Test Pandy. Reagen Pandy dibuat dari larutan jenuh fenol dalam air (phenolum liquefactum 10 ml : aquadest 90 ml : simpan beberapa hari pada suhu 37 oC dengan sering dikocok-kocok) bereaksi dengan globulin dan dengan albumin.
Pemeriksaan Pandy
Pemeriksaan Pandy
Reagen ini dipakai untuk mengetahui protein (albumin dan globulin) dalam cairan otak dimana akan bereaksi dengan globulin dan albumin.Tes pandy mudah dilakukan pada waktu pungsi dan sering dijalankan sebagai bed side test.Itu sebabnya test pandy masih digunakan meskipun telah banyak  test lain untuk menentukan protein dalam cairan otak yang lebih spesifik dan lebih bermanfaat bagi klinik.Dalam keadaan normal  tidak terjadi kekeruhan atau adanya kekeruhan yang sangat ringan berupa kabut halus. Semakin keruh hasil reaksi ini semakin tinggi kadar protein .Hasil reaksi ini harus segera dinilai setelah pencampuran liquor dengan reagen.Hasil dilaporkan dalam bentuk positif atau negatif saja. Perlu diingat jika ada darah dalam cairan otak hasil pemeriksaan tidak ada artinya.

Pemeriksaan pandy menggunakan gelas arloji sebagai wadah pereaksinya. Hal ini untuk memudahkan dalam pengamatan kekeruhan pada sampel. Pada gelas arloji ditambahkan 1 ml reagen pandy kemudian diteteskan 1 tetes sampel cairan otak pada reagen yang ditambahkan di atas gelas arloji tersebut. Kemudian diamati hasilnya apakah menunjukkan kekeruhan atau tidak. Kekeruhan diakibatkan denaturasi protein dalam larutan fenol yang jenuh yang menyebabkan protein mengendap. Semakin keruh campuran, semakin banyak kadar protein dalam sampel tersebut. Pengamatan kekeruhan menggunakan latar gelap dan digoyangkan perlahan-lahan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam praktikum kali ini adalah
  • Dipastikan reagen yang digunakan tidak kadaluarsa. 
  • Cairan otak yang diteteskan pada reagen terhindar dari sedimen atau endapan agar tidak menyebabkan hasil yang positif palsu. 
  • Pada saat pengamatan hasil menggunakan latar belakang hitam agar mudah melihat kekeruhan yang berwarna putih. 
  • Pada saat pengamatan gelas arloji digoyang perlahan-lahan untuk melihat seberapa banyak kekeruhan yang terjadi dan apakah terdapat butiran seperti pasir atau tidak.

4 komentar: